Wednesday, June 24, 2015

Aku Mencintaimu, Itu Saja

7:25 PM

[photo credit: here]

Oleh: Abdul Rahman Wahid

Menisbatkan diri sebagai manusia, merasakan segala hiruk pikuk dunia beserta tetek bengeknya. Pada saat itu juga, manusia tidak bisa menghindar dari cinta. Begitulah ungkapan pujangga yang tengah di dera asmara. Kata-kata yang terucap selalu menggambarkan keagungan cinta. Cinta itu sama dengan kehidupan/kalau kita tidak bisa menghentikan hidup/kenapa kita harus menghentikan cinta. Kata indah dari Raj Arya saat menggambarkan rasa cinta terhadap kekasihnya yang tak lagi di dunia. Ya, film roman India “Mohabbatain” tersebut menggambarkan bagaimana cinta itu hidup dan harus diperjuangkan, sekalipun sudah tiada.

Cinta adalah kata yang sulit didefinisikan. Setiap generasi, kaum, negara bahkan agama mempunyai cara masing-masing dalam mendefinisikannya. Kita tak pernah tau makna cinta yang baku. Makna cinta yang semua orang mempercayai kebenarannya. Semuanya masih misteri, penuh teka-teki. Bahkan yang merasakan cinta itupun terkadang tak mengerti, kenapa cinta itu harus dia alami. Sungguh, cinta menjadi sebuah kata yang penuh dengan makna. Meski terkadang makna itu tak pernah didapatinya.

Bumi Eropa memiliki sebuah roman yang selalu menjadi cerita generasi muda. Sepasang kekasih Romeo dan Juliet telah memberikan arti bahwa cinta itu bagaikan api, membara dan mampu membakar semua yang disandingnya. Pengorbanan keduanya memberi keputusan untuk memilih dan rela mati bersama. Karena pengorbanan cintanya, karena cinta buta mereka berdua. Romeo dan Juliet dijadikan sebagai romantisme dan tragedi cinta suci di dunia Barat hingga saat ini.

Dalam romantisme Timur kita dikenalkan dengan kisah cinta gila Qays dan Layla.  Romantisme ala padang pasir dari keduanya diyakini sebagai penggugah akal dan penggerak spiritual. Di semenanjung Arabia, Qays dan Layla mampu menyatukan hati dalam bingkai cinta suci nan abadi. Konflik, persoalan orang tua dan suku tak menyurutkan Qays tetap merawat dan menjaga kesucian cintanya kepada Layla. Bersama butir-butir debu padang pasir, deru angin yang menggoyang tenda kabilah, panasnya terik matahari menyengat kulit, gemuruh oase dan rombongan suara unta membuat kekuatan cintanya semakin meraja rela.  Ridunya semakin tak terbendung,  seperti api yang telah membara. Demi cinta sucinya, tanpa restu orang tua Layla, Qays memilih gila. Semua itu Qays lakukan hanya untuk menjaga cintanya pada Layla agar tak ternoda. Sungguh luar biasa kisah cinta keduanya. Hingga gila menjadi satu-satunya cara mempertahankan cinta sucinya.

Karena cinta, seseorang telah memiliki prasangka dan curiga yang membabi buta. Itulah kira-kira kisah cinta yang terjadi pada negeri Ramayana. Dewi Shinta, puteri cantik nan jelita terpaksa menikah dengan Rahwana yang menculiknya. Mendapati kabar itu, Rama meminta bukti bahwa Shinta benar-benar dara dan belum pernah dipersunting oleh Rahwana. Demi mendapat bukti kesucian Shinta, Rama memintanya untuk membakar diri. Kesucian dan kebenaran cinta yang menjawabnya. Shinta selamat dari lahapan api yang membara. Kesuciaan cinta Shinta mampu memadamkan kobaran api yang begitu dahsyatnya. Ya, cinta seakan seperti embun pagi, sejuk dan meneduhkan.

Cinta memang buta, cinta mampu merubah semuanya. Karena cinta, seorang Raja rela menjadi hamba sahaya. Karena cinta, tahta, harta hingga keluarga rela dikorbankannya.  Kedua panglima perang Romawi, Julio Caesar dan Mark Anthony telah melakukannya. Keduanya mengorbankan semuanya lantaran rasa cinta yang begitu luar biasa kepada ratu Mesir, Cleopatra. Karena kecantikan dan kecerdasannya, bunga mawar dari sungai Nil ini mampu melenakan kedua panglima perang yang sebenarnya diutus untuk menguasi negeri subur, Mesir.

Demi melindungi bangsa dan menyelamatkan bangsanya, Cleopatra  mendekati Julio Caesar. Siapa yang tak terpikat melihat ratu cantik ini, ratu yang kecantikannya bak rembulan. Julio Caesarpun cinta mati dibuatnya. Hanya karena cinta dan Cleopatra, Caesar menjadi buta. Merampas dan menaklukkan Mesir, tugas itu sirna karena cinta buta yang melandanya. Hal yang sama terjadi pada panglima perang setelahnya, Mark Anthony.  Semua itu terjadi karena ratu cantik padang pasir, Cleopatra.   

Akal takkan mampu menjelaskan cinta. Tintapun juga takkan mampu menggambarkannya. Cinta adalah air. Tanpa air takkan ada kehidupan. Begitupun juga, tidak ada kehidupan tanpa cinta. Keduanya sama, begitulah Rumi menggambarkan cinta itu sebagai keindahan wajah Tuhan. Sungguh ketinggian cinta yang digambarkan Rumi telah mengalahkan semuanya. Cinta adalah kekuatan yang tak terbatas. Cinta adalah Ilahiah. Jika kebangkitan merupakan batas kematian. Maka, bagi Rumi cinta lebih besar daripada sejuta kebangkitan. Karena cinta takkan penah mati, cinta akan selalu abadi. Di sinilah, Rumi mewakili cinta dari kalangan Sufi.

Sekali lagi, cinta itu memang gila. Cinta itu pun buta. Hanya karena mimpinya,  Zhulaika menikahi Menteri ekonomi Mesir, seorang duda yang sudah tua umurnya. Perjalanan keluarganya tak sempurna lantaran hubungannya tak dianugrahi seorang putra. Akhirnya, keputusan untuk mengangkat anak menjadi pilihan utamanya. Lagi-lagi cinta itu gila, cinta itu buta. Rasa cinta Zhulaika terhadap putra angkatnya tak bisa disangka. Setelah suaminya berpulang ke alam baka, Zhulaika memaksa Yusuf untuk melayani cintanya. Inilah kisah seorang Ibu yang menikahi anak angkatnya. Kegilaan cintanya pada Yusuf itu tidak hanya menimpa Zhulaika. Saat mengadakan pesta di Istana, semua ibu-ibu yang ada terpana oleh ketampanan Yusuf, putra angkat Zhulaika yang akhirnya dinikahinya. Menyaksikan seorang lelaki tampan nan rupawan. Tanpa sadar ibu-ibu di Istana menyayat jarinya sendiri dengan pisau yang digenggamnya. Sungguh gila, cinta memang mampu merubah semuanya. Merubah yang pahit menjadi manis. Yang buruk menjadi indah. Raja menjadi hamba sahaya. Semua bisa terjadi karena cinta.
Ω
Di Indonesia, cinta mampu diutarakan dengan sekian bahasa. Jika di Arab kita mendengar, Ya, habibi, ana syauqi syadiidan. I love you dalam bahasa Inggris atau dalam bahasa China, Wo aini. Indonesia dengan kekayaan bahasa mampu menyajikan cinta yang beragam, Aku cinta kamu. Orang Jawa akan bilang, Aku tresno karo sliramu. Gua demen ama lo, begitu orang Betawi menyatakan cinta pada kekasihnya. Orang pulau garam dalam mengungkapkan rasa cintanya akan berkata, Abdinah tresnah de’ dika. Begitu dan seterusnya. Cinta menjadi tema yang tak pernah abis untuk dijadikan cerita. Karena cinta itu indah adanya.

Kisah cinta yang digambarkan orang Indonesia juga tak kalah menariknya. Semisal, bagaiamana Pramoediya menggambarkan sosok Annelis, gadis dara Hindia-Belanda yang membuat Minke tergila-gila. Annelis begitu sempurna, seperti ditulis Pramoediya. Bahkan penyebutan tentang Annelis terkadang tak mampu dijangkau oleh akal manusia. Beruntunglah kau masih bisa merasakan cinta. Jikapun nanti kau sakit hati karena cinta, jangan sedih. Karena sakit hati itu, berarti kau masih punya hati.

Aku mencintaimu, itu sebabnya aku tak pernah selesai mendoakanmu. Begitu cerpenis kita, Sapardi Joko Damono menuliskan dalam karyanya. Masih banyak lagi, bagaimana cinta itu dijelaskan. Gus Mus, WS Rendra, D Zawawi Imron dan tokoh lainnya. Mereka telah menggambarkan cinta sesuai dengan caranya. Dari situlah, cinta itu memang misterius, sulit diprediksi. Semua orang akan memiliki definisi sendiri.

Semua orang dengan sendirinya akan mengungkapkan kata layaknya pujangga. Semua itu terjadi saat cinta telah melandanya. Kata-kata itu muncul dengan tiba-tiba. Kata itu datang tanpa ada tanda-tanda.

Tak heran jika cinta itu seperti api, cinta terkadang membara dan menggelora. Cinta itu seperti embun pagi, cinta itu sejuk dan meneduhkan. Cinta itu seperti air, tanpa cinta takkan ada kehidupan. Cinta itu seperti arah mata angin, cinta mampu memberi jalan. Ya, cinta bisa seperti apa saja. Karena cinta bisa bahagia, karena cinta bisa tersiksa, karena cinta bisa menderita, karena cinta bisa gila, karena cinta bisa buta, karena cinta mendapatkan semuanya, karena cinta kehilangan semuanya. Semuanya bisa karena ada cinta.

Cinta butuh pengorbanan, meskipun tak sedikit orang yang sakit karena menjadi korban cinta. Cinta butuh kesetiaan, meskipun tak sedikit orang yang kesetiaannya dikhianati. Cinta butuh kepercayaan, meskipun tak sedikit orang yang kepercayaannya ditelanjangi. Cinta adalah segalanya, meskipun tak sedikit karena cinta orang kehilangan segalanya. Memang sulit mendefinisikan cinta. Definisi itu akan lahir sesuai kisah yang dialami. Cinta adalah hak, karenanya semua orang berhak mencintai dan dicintai. Semua orang berhak memaknai cintanya sendiri. Pencinta punya hakikatnya sendiri.

Begitupun diriku, saat kautanyakan tentang cinta yang kupersembahkan untukmu. Aku kaku, bagaimana aku menjawab pertanyaanmu. Aku masih belum mampu membahasakan cintaku padamu. Cintaku tidak seperti cinta yang sudah menjadi kisah abadi romantisme.  Karena cinta itu masih terbahasakan, sedangkan cintaku tidak. Cintaku adalah cintaku. Aku tak pernah mencantumkan syarat dalam mencintaimu. Untuk itu, tak ada alasan aku berhenti mencintaimu. Meski kau sudah tiada atau kau bersama cinta yang lain. Cintaku tetap seperti sediakala. Tidak ada yang bisa menghalangiku untuk selalu mencintaimu.

Cinta adalah kehidupan, tak semuanya mudah dan berakhir dengan kebahagian. Pun, tak semuanya susah dan berakhir dengan kesengsaraan. Cintaku padamu tidak bisa diartikan, meskipun aku selalu merasakan. Cintaku padamu telah mampu memberi energi kehidupan.

Cintaku memang gila, cintaku memang buta. Tapi cintaku bukan rekayasa. Meskipun aku tak bisa mejelaskan apa itu cinta. Cintaku benar-benar ada untukmu semata, tidak ada yang lainnya. Itu saja.

Senin, 15 Juni 2015
Yang mempertemukan kita: Yogyakarta 
Dariku untukmu.

Diterbitkan oleh

Buletin Amanaha Online. Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I. Ganjaran Gondanglegi Malang Jawa Timur. Menulis.

0 komentar:

Post a Comment

 

© 2016 Amanah Online. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top