Thursday, October 23, 2014

Membaca Sejarah

3:09 PM

[sumber]
Oleh: Ahmad Athok Lukman Hakim

Cara pandang terhadap sesuatu mungkin salah, namun tidak ada yang memastikan kebenarannya. Cara pandang bisa jadi dipandu oleh kepentingan atau akumulasi pengetahuan yang tidak disadari. Keragaman cara pandang mencerminkan majemuknya kepentingan dan batas-batas pengetahuan yang dimiliki seseorang.

Bertemunya dua tokoh yang dulu berkompetisi dalam Pilplres beberapa waktu yang lalu: Joko Widodo dan Prabowo menimbulkan berbagai macam tafsir dan cara pandang. Bagi sebagian orang hal itu dimaknai kenegarawanan keduanya yang dapat membangun iklim demokrasi yang sehat. Sebagian yang lain menaruh curiga, itu hanya panggung depan yang tidak mencerminkan kenegarawanan yang sesungguhnya.

Peristiwa ibarat teks. Dia bebas untuk ditafsir oleh pembaca. Namun, sebagai pembaca yang bijak alangkah bagusnya jika memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) pembacaan  hendaknya dirangkaikan pada niat yang baik,  artinya mengintegrasikan dengan kehendak baik kita. (2) Disamping mencurigai teks hendaknya pembaca juga mencurigai dirinya sendiri hingga timbul keseimbangan. (3) Alangkah baiknya pembaca sebelum menarik kesimpulan mengumpulkan sebanyak-banyaknya informasi berkaitan dengan teks yang dibaca. (4) Agar tidak timbul kesewenang-wenangan penafsiran, hendaknya pembaca juga mengakui kerelatifan bacaannya. (5) Oleh karena itu, hendaknya pembaca juga mengantisipasi akibat bacaannya jika dibawa ke ruang publik.

Bacaan yang hanya dilandasi emosi semata-mata tidak akan mendapat tempat di masyarakat yang sudah dewasa. Sejarah pasti akan memberikan hukumannya sendiri dengan diacuhkan bahkan dibuang dalam selokan sejarah manusia.[] 

Diterbitkan oleh

Buletin Amanaha Online. Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I. Ganjaran Gondanglegi Malang Jawa Timur. Menulis.

0 komentar:

Post a Comment

 

© 2016 Amanah Online. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top